Indonesiaku, bagaimanakah dirimu di masa depan?

new field

Itu adalah foto sawah di belakang rumah saya.. Dengan latar belakang  Gunung Arjuna yang gagah menjulang…

Artikel ini saya buat masih dalam suasana perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus. Yah, meskipun sudah di penghujung bulan.. Setidaknya dapat memberikan dan membangkitkan rasa bangga dan optimisme sebagai salah satu rakyat Indonesia.

Sehubungan dengan diadakannya lomba menulis artikel yang bertemakan kebanggaan terhadap bangsa Indonesia, maka saya menuliskan artikel ini. Walaupun singkat, tapi setidaknya dapat memberikan makna pada peringatan kemerdekaan Indonesia tahun ini. Membuat saya pribadi masih bersyukur diberikan nikmat umur untuk menjadi saksi sejarah dan penutur sejarah yang terjadi.. Okey, baiklah, kita mulai lomba nya.. Siaapp??   (macam lomba balap karung aja! hehe.. )

Artikel ini menceritakan tentang seseorang yang masih dalam lingkungan saya bekerja. Yak, saya bekerja sebagai salah satu abdi negara di universitas Brawijaya, Malang. Disini, saya bisa, setidaknya memberikan gambaran, bagaimana nasib Indonesia, di masa mendatang.

Pertama, saya akan menceritakan tentang salah seorang rekan saya, sesama dosen, yang kebetulan juga masih saudara saya, namun beda fakultas.   Beliau adalah salah satu dosen di Fakultas Teknik Pertanian, Universitas Brawijaya. Di jurusan keteknikan pertanian, beliau dikenal bernama Bapak Yusuf Hendrawan, STP. M.App.Life Sc. Ph.D. Banyak ya gelar akademisnya? Tidak hanya gelar dalam negeri, gelar luar negeri pun beliau raih. Ya, beliau pernah mengenyam pendidikan doktoral di Universitas Kyoto, Jepang, selama 6 tahun, mempelajari ilmu Plant Factory .

Kalau ada yang berkomentar: Ah, biasa aja kali.. uda banyak yang kuliah di luar negeri juga.. yaa pastinya dapet gelar dari luar negeri juga..

Eits, tunggu dulu.. Bukan itu poin utama yang saya ingin sampaikan. Jangan keburu berkomentar yaa pemirsah.. hehehe..

Mengenyam pendidikan yang tinggi di luar negeri, harusnya juga bisa menghasilkan karya yang bermutu tinggi pula, itu baru bermanfaat ilmunya.

Mengapa saya tertarik mengangkat prestasi yang beliau torehkan untuk negeri ini, bukan hanya untuk universitas tempat kami mengabdi? Karena beliau adalah satu-satunya delegasi dari Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia di ajang Kongres Dunia : The 19th World Congress of The International Federation of Automatic Control (IFAC) pada tanggal 25-29 Agustus 2014  di Cape Town International Convention Centre (CTICC), Cape Town, Afrika Selatan

10431473_10204865714948726_2335062399767111371_nDr. Yusuf Hendrawan berpose di depan arena konggres IFAC 2014, CapeTown, Afrika Selatan

IFAC World Conggres itu, konggres tentang apa yak?

IFAC World Congress adalah pertemuan internasional sebagai suatu wadah untuk bertemunya para ahli kontrol otomatis dari kalangan akademisi, pakar, peneliti, industri, ilmuwan maupun insinyur yang mengeksplorasi berbagai penelitian, inovasi, dan paten dalam bidang keilmuan dan teknologi kontrol otomatis. Di IFAC, dibahas tentang teknologi termutakhir para ilmuwan dunia tentang teknik kontrol otomatis berbagai bidang dengan cakupan keilmuan dan aplikasi kontrol terluas. Di IFAC World Congress 2014, terdapat lebih dari 2000 makalah ilmiah dengan jumlah penulis makalah lebih dari 6500 orang.

Terus, apa yang dilakukan oleh Dr.Yusuf di konggres Internasional itu ?

Beliau menjadi salah satu pemakalah yang menyajikan tentang beberapa aplikasi Intelligent Plant Factory, yaitu suatu sistem budidaya tanaman secara tertutup dengan teknologi kontrol lingkungan yang  akurat. Judul makalah yang disampaikan adalah Applications of Intelligent Machine Vision in Plant Factory. Dr. Yusuf menjelaskan dua aplikasi Intelligent Control, yaitu sistem irigasi cerdas (Intelligent irrigation system) dan sistem pencahayaan cerdas (Intelligent Lighting System).

Dalam presentasinya, Dr. Yusuf menjelaskan tentang peran dan fungsi pertanian presisi dengan menerapkan teknologi kontrol dan teknologi informasi untuk meningkatkan produk pangan secara kuantitas maupun kualitas. Terlihat cukup inovatif bukan? Di era teknologi informasi yang menggila ini, kita lupa bahwa teknologi informasi tidak melulu untuk bikin gadget atau komunikasi. Ternyata, untuk bertanam tanaman pun bisa!

Prakteknya seperti apa?

Intelligent Control berbasiskan metode Speaking Plant Approach (SPA) yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dari tanaman, seperti air, cahaya, unsur hara dari tanah. Artinya, lingkungan tumbuh tanaman yang meliputi air, temperatur, cahaya, kelembaban, udara, nutrisi dan lain sebagainya bisa kita kontrol sesuai yang kebutuhan tanaman dengan tepat dan akurat, memakai teknologi informasi tadi.

Selain memaparkan tentang Intelligent Control, di ajang IFAC World Congress 2014 , Dr. Yusuf juga memaparkan tentang peranan teknologi Plant Factory serta pengembangan teknologinya di Indonesia sebagai penyokong penyediaan sumber bahan pangan untuk sembilan miliar populasi di masa depan. Brillian kan? Sebelumnya, paparan pengembangan teknologi Plant Factory di Indonesia pernah disampaikan oleh Dr. Yusuf di acara Workshop on Information Technologies in Sustainable Agriculture for 9 Billion People’s Food Production, di Zhejiang, Hangzhou, Cina pada bulan Maret 2014 lalu.

Jadi, bisa dilihat, eksistensi dan kiprahnya Dr. Yusuf ini sudah sampai kemana-mana. Mengembangkan teknologi informasi untuk mendukung teknologi pertanian dan pangan di Indonesia adalah salah satu penemuan yang paling brillian abad ini, menurut saya. Apalagi, pada dasarnya dahulu, kita negara agraris. Yang semakin lama, sampai detik ini, lahan-lahan pertanian banyak diubah menjadi lahan pemukiman, sarana perbelanjaan, pabrik, dll. Jadi, kita harus memikirkan mulai sekarang, bagaimana kita mampu berdikari kembali, mencapai swasembada pangan kembali, kalau lahan pertanian saja banyak yang beralih fungsinya.

Penemuan dari Dr. Yusuf lah, jawabannya! Smart information technologies for smart planting.

Tugas kita selanjutnya apa?

Menurut saya, penemuan dan ilmu baru ini hendaknya disebarluaskan ke semua mahasiswa teknologi pertanian, kemudian tugaskan mereka untuk menggarap lahan-lahan pertanian yang terbengkalai sekaligus merangkul dan mengajari para petani kita tentang plant factory ini. Apakah mungkin para petani kita “ngeh” terhadap ilmu baru ini? Teknologi informasi ini? Wong, ga pernah pakai laptop!

Anything is possible, if we try! 🙂

Para lulusan sarjana pertanian juga harusnya bisa langsung bekerja dengan membuka lahan sendiri. Ngapain gengsi untuk turun ke sawah sambal menjinjing laptop? (lugu banget yak, ilustrasi saya?) Lha memang ilmunya disitu. Sebaik-baiknya ilmu adalah yang diamalkan di jalan kebaikan dan seburuk-buruknya ilmu adalah yang dibiarkan saja tanpa diamalkan, hanya menunggu untuk dilupakan oleh otak kita.

Jadi, marilah kita berkarya, tetap optimis untuk masa depan bangsa ini, untuk anak cucu kita. Mungkin semuanya sekarang memang masih acak adul semrawut ga karu-karuan (hiperbola bin lebay banget bahasanya yak? ) Tapi…. Bukan berarti kita boleh berputus asa.. Masih ada harapan.. Masih ada lahan pertanian…. Masih ada Pak Dr. Yusuf.. Lho? Hehe.. marilah kita berguru pada beliau (bukan iklan, cuma promosi buat adik-adik yang mau kuliah teknologi pertanian, ambil di UB aja.. hahahaha…)

Mari kita wujudkan Indonesia swasembada kembali! Bukan hanya beras, kalau perlu semuanyah.. Sayur, buah, kedelai, kelapa sawit, dan sebangsanya.

If you can dream it, believe it, struggle for it! 🙂

Indonesia JAYA!!! (Aamiiin.. Yaa Robb…)

Satu pemikiran pada “Indonesiaku, bagaimanakah dirimu di masa depan?

Tinggalkan komentar